Damai sejahtera bagi kamu.
Pernahkah
merasa muka memerah saat malu atau tersipu-sipu? Fenomena pipi memerah
saat malu ini menarik ilmuwan mencari tahu lebih banyak lagi untuk
menjawab mengapa muka bisa memerah kalau sedang malu.
Muka yang memerah dan perasaan malu biasanya berjalan beriringan.
Perasaan yang bergejolak merupakan respons alami dari seseorang terhadap
sesuatu yang terjadi pada dirinya.
Pipi yang memerah karena malu diatur oleh sistem yang juga mengaktifkan
respons melawan yaitu sisrem saraf simpatik. Sistem ini bekerja secara
tanpa sengaja atau spontan yang berarti tidak ada sesuatu yang
benar-benar harus dipikirkan untuk melakukan proses tersebut. Sedangkan
aktivitas seperti menggerakkan lengan atau berjalan merupakan tindakan
yang disengaja atau dipikirkan.
Saat seseorang sedang malu, maka tubuh akan mengeluarkan hormon
adrenalin. Hormon ini bertindak sebagai stimulan alami dan memiliki
berbagai efek pada tubuh yang merupakan bagian dari respons. Saat
adrenalin meningkat, maka napas dan detak jantung juga akan meningkat.
Hal ini dapat memperlambat proses pencernaan sehingga energi dialihkan
ke otot.
Seperti
dikutip dari Howstuffworks, Selasa (27/4/2010) jika seseorang sedang
tersipu-sipu atau malu, maka pembuluh darah di wajah akan merespons
sinyal dari pemancar kimia adenylyl cyclase.
Akibatnya pembuluh darah di wajah akan melebar (vasodilation) dan
memungkinkan lebih banyak darah mengalir melalui wajah daripada
biasanya. Kondisi ini akan membuat wajah seseorang memerah.
Hal ini adalah salah satu respons yang tidak biasa dari pembuluh darah
vena. Karena pada daerah lain di tubuh, vena tidak melakukan hal ini
ketika adrenalin dilepaskan. Hormon ini memiliki pengaruh yang kecil
atau tidak sama sekali terhadap pembuluh darah vena. Umumnya ada
pembuluh darah lain yang lebih responsif terhadap adrenalin.
Sebagian orang ada yang menjalani operasi untuk membatasi respons muka
memerah, bedah ini disebut dengan endothoracic sympathectomy. Biasanya
orang yang memiliki erythrophobia (takut merona) paling sering melakukan
operasi ini dengan cara memotong saraf kecil di tulangnya yang
berfungsi mengendalikan respons merona.
“Wajah memerah karena malu berkembang bersama dengan kesadaran kita
terhadap orang lain dan hal ini menunjukkan adanya dasar sosial. Selain
itu muka memerah mungkin bisa berfungsi sebagai permintaan maaf yang
nonverbal atas sesuatu yang dirasakan orang tersebut,” ujar Ray Crozier,
profesor psikolog dari University of East Anglia di Inggris, seperti
dikutip dari BBC.
Terlepas dari apa yang membuat muka seseorang memerah, kondisi ini
adalah sesuatu yang alami dan tidak bisa diatur. Jika Anda mengalami
situasi yang membuat diri sendiri canggung atau malu, maka Anda akan
merasakan pipi menjadi hangat dan ingat bahwa hal ini akan berlalu
dengan sendirinya.
Salam damai selalu dari EGA
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung ke blog Ega,silahkan tinggal kan komentar :