Seorang lelaki dengan wajah tertunduk lesu berjalan meninggalkan ruang sidang, ketukan palu sang Hakim telah mengantarnya pergi jauh dari kebebasan, ia akan segera menikmati hari-hari panjangnya di PENJARA.
Ini
adalah gambaran keseharian dari sebuah peradilan, gambaran
keseharian dari sebuah fenomena kehidupan sosial yang mulai
terkontaminasi oleh kuman-kuman kehidupan.
Ada kalanya keahlian berkelit dari "Sang Tersangka"
melepaskannya dari jeratan PENJARA Jasmani, tapi "Sang
Pelaku" tidak akan pernah lepas dari Empat PENJARA Hati.
Penjara Pertama adalah Kebencian/Jail of Hatred
Ketika
hati kita dipenjara oleh kebencian kita akan cenderung
menjadi ganas, ada luapan emosi yang membara, tak
terkendali, menunggu waktu letupan.
Penjara
pertama ini membuat kita menderita lebih dari yang kita
perhitungkan, Penjara ini malah membuat kita melukai diri
sendiri dengan gambaran yang berulang-ulang di benak kita,
gambaran dari sumber kebencian kita, gambaran yang
sesungguhnya hanya dari alam MAYA, dari alam bawah sadar
kita.Ada sakit yang luar biasa, ketika seorang atau sesuatu
yang kita benci melewati jarak pandang kita, radar ngilu di
hati segera berbunyi walau seseorang atau sesuatu itu tidak
menyentuh kita sedikit pun, bahkan mungkin tak mengetahui
keberadaan kita.Rekaman rasa sakit segera diputar
berulang-ulang di benak kita, kita akan mengalami penyiksaan
bathin berkali-kali untuk satu peristiwa yang sama.
Kala
Penjara ini menutup hati kita, kita akan menerima bola-bola
lumpur yang siap kita lemparkan kepada mereka yang berada
dalam list "MUSUH". Ketika kita meluncurkan bola itu, ada
dua hal yang mungkin terjadi.Pertama, yang dilempar tidak
mengelak dan menerima bola lumpur itu sekaligus ikut
menemani kita dalam perjara pertama atau yang kedua, ia
mengelak bahkan tak pernah menganggap bola lumpur itu ada.
Dari
dua alternatif di atas, yang pasti kita menjadi korban
pertama dari bola lumpur itu, karena bola lumpur itu telah
mengotori tangan kita, kita telah masuk ke dalam penjara itu
dan teraniaya di sana.
Oleh
berlalunya waktu dan penerimaan atas kondisi serta kekuatan
memaafkan, penjara ini akan terbuka secara perlahan-lahan,
kita akan dibebaskan kembali ke alam netral.
Penjara Kedua adalah Ketamakan/Jail of Greed
Ketika
mata kita hijau, semua seakan tak pernah tercukupi, kita
akan menjadi orang TERMISKIN di dunia, kita cenderung akan
mengambil bagian yang bukan menjadi hak kita, kita cenderung
merampas hanya untuk memenuhi keinginan yang pada akhirnya
tak akan pernah terpenuhi.
Kala
Penjara ini menutup hati kita, kita sepertinya terlahir
sebagai raksasa dalam dunia kurcaci, tidak ada rasa
kecukupan dalam segala hal, kerakusan membawa kita tidak
pernah bisa menikmati hidup, selalu ada derita karena merasa
tak pernah puas.
Mari
kita lihat dunia nyata saat ini, berapa banyak orang yang
ingin segera kaya, lalu setelah kaya pingin lebih kaya lagi,
padahal orang kaya tanpa kepuasaan sebenarnya adalah orang
miskin yang punya banyak uang, fenomena inilah yang membuat
kita sering mendengar banyak kasus korupsi yang mewabah bak
penyakit menular.
Penjara
kedua akan terbuka dan kita akan dibebaskan jika kita telah
siap menerima keadaan, merasa puas (bukan pasif tapi aktif,
dalam arti tidak tinggal diam) serta mensyukurinya apa yang
didapatnya saat ini.
Penjara Ketiga adalah Iri Hati/Jail of Jealous
Ketika
benih iri tertanam, kita cenderung tak pernah dapat melihat
kebahagiaan orang lain, kita merasa tersaingi, ego kita
seakan terhina oleh keberhasilannya, ironisnya kita merasa
menderita untuk kebahagiaan itu.
Kala
Penjara ini menutup hati kita, kita segera dikenakan
kacamata yang membuat kita selalu melihat seolah-olah rumput
tetangga selalu lebih hijau dari milik kita. Lalu kita pun
merasa alam tidak adil terhadap kita, kita akan segera
mempersalahkan sekelilingi kita untuk hal yang tidak kita
dapatkan.
Yang
mengejutkan malah terjadi pada saat kita mendengar
kesuksesan orang yang bermil-mil jauhnya dari kita, apa yang
kita rasakan pada saat itu sungguh ironis, kita malah
merasa iri (padahal apa hubungannya dengan kita?Kadang malah
tidak ada hubungan sama sekali dengan aktivitas kita, lebih
parah lagi kita malah iri dengan teman kita sendiri, dengan
saudara kita sendiri, dengan orang-orang yang kita kenal)
Hasilnya? Hanyalah penderitaan, ada perasaan tidak
mengenakkan di hati.
Penjara ini
terbuka ketika hati kita menyadari atas ketidakkekalan (baik
kesuksesan atau kegagalan), dan kita dapat menerima
keberhasilan orang lain sebagai pemicu keberhasilan kita.
Penjara Keempat adalah Kebodohan/Jail of Ignorance
Kebocoran
pengetahuan ini membuat kita melakukan tindakan-tindakan
bodoh yang bukan hanya merugikan orang lain, tapi lebih
terutama merugikan diri kita sendiri.
Kala
Penjara ini menutup hati kita, kabut kebodohan menyelimuti
kita, membuat kita tak menyadari bahwa kita telah merusak
diri kita sendiri, perlahan tapi pasti kita terjerumus dalam
jurang “Ketagihan” yang luar biasa.
Bentuk
yang paling sering kita lihat dalam kehidupan ini adalah
kecanduan bahan-bahan narkotika, ketika kita terpikat
olehnya, kabut kebodohan secara perlahan mengerogoti kita,
kita kehilangan harta benda, kita kehilangan kesadaran, kita
kehilagan persaudaraan, kita kehilangan segalanya, lalu apa
yang kita dapat? Kenikmatan sesaat yang hanya bersifat
semu, dan ketika kita kembali ke dunia nyata, sejumlah
persoalan nyata telah siap menerkam kita bahkan mungkin
dengan kekuatan yang sepuluh kali lipat dari kekuatan
semula.
Penjara
ini membuat kita kehilangan akal sehat, merokok merupakan
contoh dalam bentuk sederhananya (sebelum berkembang menjadi
kronis).
Lalu, penjara ini akan
terbuka jika kita isi hati dan pikiran kita dengan
pengetahuan-pengetahuan yang berguna, terutama pengetahuan
MORAL dan AGAMA.
Keempat penjara ini ada dan terus ada di samping kita, kita hanya perlu menjaga hati ini agar tidak terpenjara di dalamnya. Benar kata AA Gym, “Jagalah hati, jangan kau kotorin. Jagalah hati, lentera hidup ini. Jagalah Hati, jangan kau nodai. Jagalah hati, cahaya illahi”
“Janganlah
berbuat kejahatan, perbanyak berbuat kebajikan, sucikan
hati dan pikiran, itulah ajaran semua Guru”
Petuah-petuah ini mungkin akan membuat kita terhindar dari empat penjara hati.
Salam damai selalu dari Ega
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment
Terimakasih telah berkunjung ke blog Ega,silahkan tinggal kan komentar :